Uji Sondir (Soil Test) sebagai Syarat Mutlak dalam Perijinan Bangunan Tinggi

 Kenapa Tes Sondir (Soil Test) itu Penting ?

Dalam proses perizinan bangunan (IMB) pada bangunan tinggi, 3 lantai keatas, ada persyaratan tes sondir sebagai salah satunya syarat penting dalam pemenuhan syarat teknis bangunan.

Alat Sondir (cone penetration test)
Alat Sondir (cone penetration test)


Pengujian sondir sebagai salah satunya pengujian penetrasi yang mempunyai tujuan untuk mengetahui daya dukung tanah pada tiap lapisan dan mengetahui kedalaman lapisan simpatisan yakni lapisan tanah keras. Ini ditujukan supaya dalam membuat desain Pondasi yang hendak digunakan sebagai penunjang kolom bangunan diatasnya mempunyai factor Keamanan (safety faktor) yang tinggi hingga bangunan diatasnya masih tetap kuat dan tidak alami penurunan atau settlement yang bisa mencelakakan dari segi keselamatan akan bangunan dan penghuni di dalamnya.

Banyak terjadi ketidakberhasilan struktur (bangunan ambruk/ roboh) karena tidak jadi perhatian keutamaan Pengujian Soil Test ini, karena itu benar-benar di anjurkan untuk lakukan pengujian tanah (sondir) ini, hingga bisa dibuat tipe pondasi yang aman dan efisien sesuai karakter tanah dari bangunan yang hendak dibuat.


Apakah itu Alat Sondir?

Sondir ialah alat berupa silindris dengan ujungnya berbentuk konus. Umumnya digunakan ialah bi-conus tipe Begemann yang diperlengkapi dengan selimut/jacket untuk menghitung kendala pelekat lokal (side friction) dengan dimensi sebagai berikut :

  • Pojok kerucut conus : 60'
  • Luas penampang conus : 10.00cm2
  • Luas selimut/jacket : 150cm2.


Dalam tes sondir, stang alat ini didesak ke tanah dan perlawanan tanah pada ujung sondir (tahanan ujung) dan gesekan pada silimur silinder diukur. Alat ini sudah lama di Indonesia dan sudah digunakan nyaris pada tiap penyidikan tanah pada tugas tehnik sipil karena relatif gampang penggunaannya, cepat dan sangat ekonomis.


Sebenarnya alat tes sondir ini sebagai representase atau mode dari pondasi tiang dalam rasio kecil. Tehnik pendugan lokasi atau kedalaman tanah keras dengan satu tangkai sudah lama diterapkan semenjak jaman dahulu. Versus sebelumnya dari tehnik pendugaan ini sudah diperkembangkan di Swedia di tahun 1917 oleh Swedish State Railways dan oleh Danish Railways tahun 1927. Karena keadaan tanah benyek dan jumlahnya pemakaian pondasi tiang, di tahun 1934 beberapa orang Belanda mengenalkan alat sondir seperti yang kita mengenal saat ini (Barentseen, 1936).


Metode ini selanjutnya dikenali dengan beragam nama misalnya: "Static Penetration Test" atau , Duch Cone Static Penetration Test dan dengan singkat disebutkan sounding saja yang memiliki arti pendugaan. Di Indonesia selanjutnya diberi nama sondir yang diambil dari bahasa Belanda.


Tes sondir sekarang ini sebagai salah satunya tes lapangan yang sudah diterima oleh beberapa pegiat dan ahli geoteknik. Tes sondir ini sudah memperlihatkan faedah untuk pendugaan profile atau lapisanan (stratifikasi) tanah pada kedalaman karena tipe sikap tanah sudah bisa diindentifikasi dari gabungan hasil pembacaan tahanan ujung dan gesekan selimutnya.

Besaran penting yang diukur pada tes sondir ialah perlawanan ujung yang diambil sebagai style penetrasi per unit luas penampang ujung sondir (qc). Besarnya style ini sering memperlihatkan analisis dari tipe tanah dan stabilitasnya. Pada tanah pasiran, tahanan ujung lebih besar dibanding tanah butiran lembut.

Apa hubungan kuat dukung tanah dengan data sondir (qc). Anda bisa melihat hubungan nilai tahanan konus (qc) terhadap konsistensi tanah, seperti berikut :

  • tanah yang sangat lunak nilai qc < 5 kg/cm2,
  • lunak 5-10 kg/cm2,
  • teguh 10-20 kg/cm2,
  • kenyal 20-40 kg/cm2,
  • sangat kenyal 40-80 kg/cm2,
  • keras 80-150 kg/cm2, dan
  • sangat keras > 150 kg/cm2.

Penerapan test sondir ini merujuk pada proses ASTM.D.3441, di mana nilai perlawanan conus (qc) dan nilai kendala pelekat lokal atau side friction (fs) dilihat tiap jeda kedalaman 20cm dengan kecepatan penetrasi saat pembacaan nilai qc dan fs, diupayakan stabil yakni lebih kurang 2cm/detik.

Test ini dikerjakan sampai capai kekuatan maksimal alat, yaitu nilai penekanan keseluruhan atau qc = 250kg/cm2 atau sampai capai kedalaman maksimal di permukaan tanah di tempat.

Hasil test sondir ini dihidangkan berbentuk grafik atau diagram jalinan di antara kedalamaan dengan qc, fs, keseluruhan friction dan friction ratio.

Hasil sondir
Hasil sondir


Boring Test :

Ialah tugas ambil sample tanah asli untuk mengetahui keadaan tanah perlayer apabila dimungkin sampai ke tanah keras. Dalam boring ini sekalian dilaksanakan dengan SPT (standar penetration test) di tiap jeda 2,0m. Ini merujuk sesuai proses ASTM D.1586, dengan berat hammer ialah 63,5kg dan tinggi jatuh bebas hammer ialah 76cm. Umumnya untuk penerapan test digunakan Hammer Automatis.


Contoh tanah yang didapat dari tabung SPT, dimasukkan dalam kantong plastik dan dikasih cap nama sesuai nilai/jumlah pukulan, kedalaman dan nomor bornya. Contoh tanah yang didapat dari SPT tersebut dapat digunakan untuk visual description atau test laboratorium jika dibutuhkan.


Dalam Tes Laboratorium atas contoh tanah yang didapatkan dari pemboran mencakup diantaranya :


  • Index Properties
    • Water Content : Perbandingan berat kandungan air terhadap berat tanah kering dinyatakan dalam persen.
    • Wet Density : Nilai berat isi tanah (basah) yaitu perbandingan anatar berat tanah lembab asli per sartuan volume, dalam gr/cm3.
    • Dry Density : Nilai isi tanah (kering) yaitu perbandingan anatar berat tanah kering per satuan volume, dalam gr/cm3.
    • Specific Gravity (ASTM.D854) : Nilai berat jenis butiran.
    • Degree of Saturation : Derajat kejenuhan tanah yaitu prosentase berat air yang mengisi rongga atau pori-pori dalam persen.
    • Atterberg Limits (ASTM D.4318) : Batas Cair (liquid limit), batas Plastis (plastic limit), dan indeks plastis (plasticity index). Dari test ini juga bisa diketahui clasifikasi tanah berdasarkan ketentuan USCS (unified soil classification system).

  • Enginerring Properties
    • Unconfined Compression (ASTM D.2166) : diperoleh nilai daya dukung tanah dalam keadaan tanpa tekanan samping (uncofined) yang dinyatakan dalam satuan kg/cm2.
    • Triaxial UU Test (ASTM D.2850) : Bertujuan untuk mendapatkan nilai kohesi c (kg/cm2). Dan sudut gelincir dalam atau internal friction angel tanpa tekanan pori dan dengan tekanan pori dinyatakan dalam derajat.
    • Consolidation (ASTM D.2435) : untuk mendapatkan parameter koefisien konsolidasi dan indeks konsolidasi untuk menghitung penurunan pondasi bangunan.

Metode penerapan tes laboratorium ini disamakan dengan Standar ASTM untuk tiap tipe test berkaitan.


Bila lokasi bangunan berbentuk tanah rawa yang cukup dalam, karena itu tipe pondasi yang diputuskan tidak ada lain ialah pondasi tiang. Pondasi tiang dapat berupa; tiang-tiang pancang (spun pile, mini pile, dll) atau berbentuk bor pile. Tiang pancang kemungkinan sedkit lebih ekonomis dibanding dengan bor pile, namun penyeleksian tipe pondasi ini perlu menimbang dampak getarannya yang bisa menghancurkan banguan disekelilingnya. Walau tipe pondasi bor pile tambah mahal, tetapi pada realisasinya tidak memunculkan getaran atau vibrasi.


Bila Anda ingin berencana pondasi tiang pada tanah rawa yang cukup dalam, seharusnya taruh pada kedalaman yang nilai qc sama ataupun lebih 150 kg/cm2. Ini memperlihatkan jika Anda sudah tempatkan tiang-tiang pondasi pada tanah keras, dengan begitu tak perlu dicemaskan kembali terjadi penurunan (settlement).


Begitu keterangan ringkas berkenaan Tes Sondir dari sisi teknis. Penting sekiranya untuk warga yang hendak membangun bangunan dengan ketinggian minimum 3 lantai keatas untuk mengupayakan proses tes sondir dalam rencana pondasi bangunan, dan sebagai persyaratan teknis dalam pengajuan Izin Membangun Bangunan (IMB).

Posting Komentar untuk "Uji Sondir (Soil Test) sebagai Syarat Mutlak dalam Perijinan Bangunan Tinggi"