Contoh Makalah Pelabuhan
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pelabuhan merupakan tempat pemberhentian (terminal) kapal setelah melakukan berbagai kegiatan seperti menaikkan dan menurunkan penumpang, bongkar muat barang, pengisian bahan bakar dan air tawar, melakukan reparasi, mengadakan pembekalan dan sebagainya.Untuk bisa melaksanakan berbagai kegiatan tersebut pelabuhan harus dilengkapi dengan fasilitas seperti pemecah gelombang, dermaga, peralatan tambatan, peralatan bongkar muat barang, gudang-gudang, halaman untuk menimbun barang, perkantoran baik untuk pengelolaan pelabuhan maupun untuk maskapai pelayaran, ruang tunggu bagi penumpang, perlengkapan pengisian bahan bakar dan penyediaan air bersih. Dan lain sebagainya.
Dalam rangka membuat tugas besar pelabuhan Tanjung Linau ini di Bengkulu, Sumatra, dibidang bongkar muat batu bara sehingga memerlukan prasarana transportasi dalam kaitannya dengan proses produksi dan distribusi hasil usahanya. Dalam laporan ini akan diuraikan mengenai studi pendahuluan terhadap tugas besar pembangunan pelabuhan Mempawah di kabupaten Pontianak.
1.2. Maksud Dan Tujuan
Maksud dari pembuatan tugas besar pelabuhan ini adalah supaya mahasiswa bisa lebih memahami baik secara teori maupun praktek dilapangan tentang pelaksanaan dan langkah-langkah pengerjaan dalam pembuatan sebuah dermaga pelabuhan.
1.3. Manfaat Penulisan
Manfaat dari penulisan ini adalah agar kita sebagai mahasiswa sipil tahu bagaimana seorang engineer sipil nantinya dalam merencanakan perhitungan sebuah bangunan Pelabuhan, mulai dari perencanaan, perhitungan teknis dimensi sebuah dermaga hingga pelaksanaanya di lapangan.
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1. Pengertian
Secara umum pelabuhan adalah pintu gerbang / masuk dari laut ke darat atau dengan kata lain sebuah tempat dimana terjadi perubahan moda transportasi dari moda laut ke moda darat atau dari moda darat ke moda laut, dan merupakan suatu daerah perairan yang terlindung dari badai, ombak, arus sehingga kapal dapat berputar, bersandar sedemikian rupa hingga bongkar muat barang dan perpindahan penumpang dapat dilaksanakan.
2.2. Klasifikasi Pelabuhan
Secara geografis, bangunan pelabuhan terbagi menjadi :
1. Pelabuhan darat (Inland Port) di sungai
2. Pelabuhan laut (Coastal Port) di pantai / di tengah laut
3. Perbandingan antara Coastal Port dengan Inland Port :
A. Pelabuhan darat (Inland Port) di sungai
Keuntungan :
· Terlindung dari gelombang
· Dekat ke interland
· Mengurangi ongkos angkutan
· Tunggang pasnag rendah
Kerugian :
· Ukuran besar kapal terbatas
· Akumulasi sendimentasi
· Kedalaman tergantung debit sungai
B. Pelabuhan laut (Coastal Port) di pantai / di tengah laut
Keuntungan :
· Untuk kapal besar
· Mudah di perluas ke darat
· Aksebilitas tinggi
· Tempat yang ideal untuk pengembangan industry
Kerugian :
· Tunggang pasang tinggi
- Sendimentasi
· Tidak terlindung dari gelombang
2.3. Bagian-Bagian Sebuah Pelabuhan
- Berth: Fasilitas dimana sebuah kapal bersandar pada sebuah demaga untuk melakukan bongkar muat barang.
- Terminal : satu atau lebih berth untuk penggunaan terbatas pada suatu atau beberapa pemakaian seperti terminalpenumpang terminal minyak.
- Pier / Jetty : Sebuah struktur yang menjorok ke tengah laut kedua sisi jetty terdapat berth.
- Dock : Kolam atau kuala buatan atau areal yang tertutup oleh pintu galangan.
2.4. Pelabuhan Ditinjau dari Dua Titik
a) sebagai titik akhir dari jalur pehubungan dilaut luas harus tersedia akomodasidan tempat berlindung kapal-kapal.
b) sebagai titik persinggahan pada setiap rute barang-barang manufaktur ke pasaran, dari produsen ke konsumen.
2.5. Pelabuhan Ditinjau dari Sudut Bina Pengusahaan
Untuk menciptakan suasana yang diuraikan tadi diperlukan suatu pembangunan kawasan pelabuhan dengan beberapa fasilitas seperti; dermaga, jalan, gudang, fasilitas penerangan, telekomunikasi dan lain sebagainya, sehingga fungsi pemindahan muatan dari kapal ke darat dan sebaliknya dapat dilaksanakan. Dari segi bina pengusahaan berarti pengaturan suatu kegiatan sejak kedatangan kapal, bongkar muat barang, keberangkatan kapal dan hubungan pelabuhan dengan daerah lain yang harus dikelola secara efisien. Sedangkan dari segi finansial adalah berarti pengusahaan pelabuhan harus dapat menghasilkan dalm arti secara minimal segala biaya untuk pembangunan dan pengoperasiannya harus dapat ditutup dari hasil pendapatan dalam suatu periode tertentu (biasanya 30 – 50 tahun). Pendapatan pelabuhan dikelola dengan sistem tarip jasa pelabuhan dan mengingat tingkat pengembalian yang panjang inilah maka investasi dan pengelolaan pelabuhan umum di Indonesia dilakukan oleh pemerintah.
Menurut jasa yang diberikan kita dapat mengkalisifikasikan pelabuhan kepada beberapa golongan yaitu :
a. Ditinjau dari pemungutan jasa-jasa :
· Pelabuhan yang diusahakan, ialah pelabuhan dalam pembinaan pemerintah yang sesuai kondisi, kemampuan dan pengembangan potensinya, diusahakan menurut azas hukum perusahaan.
· Pelabuhan yang tidak diusahakan, ialah pelabuhan dalam pembinaan pemerintah yang sesuai dengan kondisi, kemampuan dan pengembangan potensinya masih menonjol sifat overheid zorg.
· Pelabuhan otonom, ialah pelabuhan yang diserahkan wewenang nya untuk mengatur diri sendiri.
b. Ditinjau dari jenis perdagangan :
· Pelabuhan laut, ialah pelabuhan yang terbuka untuk jenis perdagangan dalam dan luar negeri yang menganut undang-undang pelayaran Indonesia.
· Pelabuhan pantai, ialah pelabuhan yang terbuka bagi jenis perdagangan dalam negeri.
c. Ditinjau dari jenis pelayaran pada kapal dan muatannya :
· Pelabuhan cabang, ialah merupakan pelabuhan yang melayani kapal-kapal kecil yang mendukung pelabuhan utama.
2.6. Pelabuhan Ditinjau Dari Sudut Teknis
Secara teknis pelabuhan adalah salah satu bagian dari Ilmu Bangunan Maritim. Dari sudut teknisa ini dikenal beberapa macam pelabuhan seperti dikemukakan dalam buku “Merencana dan Merancang Pelabuhan” karangan Soedjono Kramadibrata sebagai berikut :
· Pelabuhan alam adalah sustu darah yang menjurus ke dalam terlindung oleh suatu pulau, jazirah dan terletak di suatu teluk sehingga navigasi dan berlabuhnya kapal dapat dilaksanakan.
· Pelabuhan buatan adalah suatu daerah yang dibuat oleh manusia sedemikian rupa sehingga terlindung terhadap ombak, badai, arus sehingga dapat memungkinkan kapal untuk merapat.
- Pelabuhan semi alam.
2.7. Karakteristik Kapal, Data Pokok dan Urutan Kegiatan
Dalam merancang pelabuhan perlu diketahui berbagai sifat dan dan fungsi kapal, sehingga diketahui ukuran-ukuran pokok dari kapal yang berguna bagi perecana untuk dapat menetapkan ukran-ukuran teknis pelabuhan. Beberapa faktor yang menentukan karakteristik kapal adalah :
· Bahan material kapal yang dipakai ; kayu, baja, ferro semen, fiberglass dan sebagainya.
· Fungsi kapal sebagai ; kapal penumpang, kapal barang umum, kapal curah, kapal peti kemas, kapal tangki, kapal tunda, kapal ikan dan sebagainya.
· Sistem pengendali dan penggerak ; mekanik, semi otomatik, otomatik, diesel, dan lain sebagainya.
· Daerah operasi dari kapal ; jarak dekat, sedang, dan jauh.
Kapasitas angkut kapal biasanya diukur dengan satuan DWT, yaitu besaran selisih dari berat air yang dipindahkan akibat terapungnya kapal yang dimuati penuh dan kapal yang kosong dihitung dalam Ton Metrik. Satuan lain untuk mengukur besar kapal adalah BRT atau GT, yaitu jumlah isi dari ruang kapal keseluruhan dalam satuan Regsitered Ton (satu unit Registered Ton adalah 100 cft atau 2,83 m3). Ruang isi kapal ini kegunaannya bermacam-macam, misalnya terdiri dari kamar mesin, kamar tangki minyak dan air tawar, kamar kelasi/kapten dan ruang untuk muatan kapal. Satuan untuk mengukur ruang muat kapal disebut NRT, yaitu kapasitas jumlah isi ruang yang dapat disewakan untuk dimuati barang sebagai selisih BRT dengan jumlah isi ruang kapal yang tidak disewakan, misal ruang mesin.
Berdasarkan hal-hal tersebut diatas, maka ukuran besar kapal akan menentukan dimensi kapal ; panjang, lebar dan kedalaman kapal. Ukuran-ukuran ini sangat berguna bagi perencana pelabuhan dalam menentukan panjang dermaga, lebar kolam pelabuhan dan kedalaman alurnya seperti tertera berikut ini.
Dimensi Kapal |
L (oa) = Ukuran ekstrim panjang kapal dalam satuan panjang, dihitung mulai dari titik ekstrim haluan sampai titik ekstrim buritan kapal
L (pp) = Ukuran jarak dalam satuan panjang, dihitung mulai titik–titik ekstrim dari design load line pada titik perpotongan haluan dan poros kemudi.
Draft = Ukuran kedalaman ekstrim antara designed load water line dengan titik yang terendah lunas kapal.
Tabel 2.1 Karakteristik Kapal
Bobot |
Panjang Loa (m) |
Lebar (m) |
Draft (m) |
Bobot |
Panjang Loa (m) |
Lebar (m) |
Draft (m) |
Kapal Penumpang GRT |
Kapal Barang Curah (DWT) |
||||||
500 1.000 2.000 3.000 5.000 8.000 10.000 15.000 20.000 30.000 |
51 68 88 99 120 142 154 179 198 230 |
10.2 11.9 13.2 14.7 16.9 19.2 20.9 22.8 24.7 27.5 |
2.9 3.6 4.0 4.5 5.2 5.8 6.2 6.8 7.5 8.5 |
10.000 15.000 20.000 30.000 40.000 50.000 70.000 90.000 100.000 150.000 |
140 157 170 192 208 222 244 250 275 313 |
18.7 21.5 23.7 27.3 30.2 32.6 37.8 38.5 42.0 44.5 |
8.1 9.0 9.8 10.6 11.4 11.9 13.3 14.5 16.1 18.0 |
Kapal Barang (DWT |
Kapal Ferry (GRT) |
||||||
700 1.000 2.000 3.000 5.000 8.000 10.000 15.000 20.000 30.000 40.000 50.000 |
58 64 81 92 109 126 137 153 177 186 201 216 |
9.7 10.4 12.7 14.2 16.4 18.7 19.9 22.3 23.4 27.1 29.4 31.5 |
3.7 4.2 4.9 5.7 6.8 8.0 8.5 9.3 10.0 10.9 11.7 12.4 |
1.000 2.000 3.000 4.000 6.000 8.000 10.000 13.000 |
73 90 113 127 138 156 170 188 |
14.3 16.2 18.9 20.2 22.4 21.8 25.4 27.1 |
3.7 4.3 4.9 5.3 5.9 6.1 6.5 6.7 |
Kapal Minyak (DWT) |
Kapal Peti kemas (DWT) |
||||||
700 1.000 2.000 3.000 5.000 10.000 15.000 20.000 30.000 40.000 50.000 60.000 70.000 80.000 |
50 61 77 88 104 130 148 162 185 204 219 232 244 255 |
8.5 9.8 12.2 13.8 16.2 20.1 22.8 24.9 28.3 30.9 33.1 35.0 36.7 38.3 |
3.7 4.0 5.0 5.6 6.5 8.0 9.0 9.8 10.9 11.8 12.7 13.6 14.3 14.9 |
20.000 30.000 40.000 50.000 |
201 237 263 280 |
27.1 30.7 33.5 35.8 |
10.6 11.6 12.4 13.0 |
Sesuai dengan penggolongan pelabuhan dalam empat sistem pelabuhan maka kapal-kapal yang menggunakan pelabuhan tersebut juga disesuaikan, seperti pada Tabel 2.2
Tabel 2.2 Dimensi Kapal-Kapal Pada Pelabuhan
Tipe Pelabuhan |
Dimensi kapal |
Panjang Dermaga (m) |
||
Bobot (DWT) |
Draft (m) |
Panjang (m) |
||
1. Gate way Port a. Kapal kontainer Kapal barang umum Kapal barang dari collector port Kapal penumpang |
15.000 – 25.000 8.000 – 20.000 5.000 – 7.000 3.000 – 5.000 |
9.0 – 12.0 8.0 – 10.0 7.5 5.0 – 6.0 |
175 – 285 135 – 185 100 – 130 100 - 135 |
300 200 150 165 |
2. Collector Port |
||||
Kapal barang b. Dari pelabuhan pengumpul c. Dari pelabuhan cabang |
5.000 – 7.000 500 – 3.000 |
7.5 4.0 – 6.0 |
100 – 130 50 - 90 |
150 110 |
3. Trunk Port |
||||
d. kapal barang Dari pelabuhan pengumpul Dari pelabuhan feeder e. Kapal perintis |
500 – 3.000 500 – 1.000 700 – 1.000 |
4.0 – 6.0 6.0 6.0 |
50 - 90 |
100 75 75 |
4. Feeder Port |
||||
f. Kapal barang g. Kapal perintis |
< 1.000 500 – 1.000 |
6.0 6.0 |
75 75 |
Ada tujuh data pokok yang dibutuhkan untuk dapat mewujudkan suatu bangunan pelabuhan, data-data tersebut antara lain seperti berikut :
1. Asal dan tujuan muatan serta jenis muatannya.
2. Data klimatologi yang meliputi angin, pasang surut, sifat air laut.
3. Topografi, geologi dan struktur tanah.
4. Rencana pembiayaan, ukuran-ukuran keberhasilan secara ekonomis dilihat dari segi investasi.
5. Pendayagunaan modal ditinjau dari segi operasionalnya terutama dalam penanganan muatan.
6. Kaitan pelabuhan dengan jenis kapal yang menyinggahinya dan sarana/prasarana angkutan lain yang mendukung untuk kegiatan pelabuhan dengan daerah disekitarnya.
7. Kaitan pelabuhan dengan pelabuhan lainnya dalam rangka lalu lintas dan sistem jaringan guna mendukung suatu perdagangan.
Ketujuh pokok tersebut harus diusahakan saling terkait agar rencana dasar pelabuhan secara keseluruhan layak.
Masalah khusus lain yang biasanya terdapat dalam melaksanakan perancangan pelabuhan antara lain seperti berikut :
1. Pembangunan pelabuhan di daerah yang baru atau adanya pengembangan pelabuhan termasuk perluasannya.
2. Pelaksanaan pengembangan konstruksi pada kondisi tanah lumour atau terjal.
3. Pelaksanaan pembangunan pelabuhan yang mempunyai suatu kedalaman besar yang mempersulit pelaksanaanya.
4. Pengerukan alur pelayaran dengan kemungkinan terjadinya endapan dalam kolam atau alur pelabuhan.
5. Pemakaian konstruksi material yang baru.
2.8. Parameter dalam Penentuan Ukuran Pelabuhan
Panjang dermaga, lebar, kedalaman kolam dan daerah yang mendukung operasinya, merupakan ukuran dasar suatu pelabuhan yang akan sangat menentukan terhadap kemampuan untuk menampung kapal dan barang.
2.8.1. Panjang, Lebar dan Kedalaman Dermaga
Ukuran dermaga didasarkan pada perkiraan jenis kapal yang akan berlabuh pada pelabuhan. Sesuai dengan bentuk-bentuk dermagayang akan dibangun, maka untuk merancang dimensinya harus didasarkan pada ukuran-ukuran minimal demi menjaga agar kapal dapat bertambat atau meninggalkan dan melakukan bongkar-muat angkutannya dengan aman. Berikut ini dikemukakan beberapa bentuk dasar secara garis besarnya.
- Bentuk dermaga memanjang, muka dermaga sejajar dengan garis pantai. Kapal-kapal bertambat dengan cara berderet memanjang. Ukuran panjang dermaga adalah :
d = n.L + (n – 1) x 15,00 + 2 x 25,00
Bentuk ini biasa digunakan untuk pelabuhan peti kemas yang membutuhkan suatu lapangan terbuka (minimum 60,00 m), yaitu guna kelancxaran dalam melayani penanganan dalam opersionalnya.
Bentuk dermaga memanjang |
- Bentuk dermaga menyerupai jari, biasanya dermaga ini dibangun bila garis kedalaman terbesar menjorok kelaut dan tidak teratur yang khususnya dibangun untuk melayani kapal dengan muatan umum.
Ukuran panjang dermaga ; d = n.L + (n – 1) x 15,00 + 2 x 25,00
Ukuran lebar kolam ; b = 2.B + 30,00 s/d 40,00)
Bentuk dermaga menyerupai jari |
- Bentuk dermaga pier, dermaga ini dibangun bila garis kedalaman jauh dari pantai dan perencana tidak menginginkan adanya pengerukan kolam pelabuhan yang besar, berhubung dengan lingkungan stabilitasnya. Antara dermaga dan pantai dihubungkan dengan jembatan penghubung atau trestel sebagai penerus dari pergerakan barang.
Bentuk dermaga pier |
2.8.2. Kedalaman Kolam Pelabuhan dan Taraf Dermaga
Umumnya kedalaman dasar kolam pelabuhan ditetapkan berdasarkan sarat maksimum kapal yang bertambat ditambah dengan jarak aman sebesar 0,80 – 1,00 m dibawah lunas kapal. Jarak aman tersebut ditentukan berdasarkan ketentuan dalam operasional pelabuhan (penambatan kapal dengan / tanpa kapal tunda) dan konstruksi dermaga. Taraf dermaga ditetapkan antara 0,50 – 1,50 m di atas HWS sesuai dengan besarnya kapal. Pada lokasi yang perbedaan pasang surutnya sangat besar, maka untuk investasi yang ekonomis perlu dibangun suatu sluis atau lock.
Kedalaman kolam pelabuhan |
2.8.3. Penentuan Lebar Dermaga
Merencanakan lebar dermaga, banyak ditentukan oleh kegunaan dari dermaga itu sendiri, misalnya ditinjau dari jenis dan volume barang yang mungkin ditanganinya, antara lain seperti :
a. Pelabuhan muatan umum, biasanya dipakai untuk bonmgkar muat dengan cara lama.
b. Pelabuhan muatan cair, tidak memerlukan lebar dermaga yang besar, karena penanganan muatannya dilakukan dengan jaringan pipa.
c. Pelabuhan muatan curah padat, tergantung pada jenis muatan yang dilayani.
d. Pelabuhan peti kemas, dikenal suatu apron yang menjadi satu bagian dengan tempat penimbunan terbuka yang luas dan diperlukan untuk gerakan peti kemas.
e. Lebar dan luas gudang, sebaiknya lebar gudang mempunyai kecenderungan makin diperbesar dan diusahakan agar tidak ada hambatan tiang antara, sehingga memudahkan operasi penumpukan atau pengambilan barang di gudang, baik dengan tenaga manusia maupun dengan mesin, maka dibangun gudang-gudang dengan ukuran bentang antara 50,00 – 100,00 m. Biasanya luas gudang transito berkisar antara 20,000 – 30,000 m2.
2.8.4. Navigasi Kapal
Semua gerakan kapal dalam pelayarannya ini disebut navigasi kapal, diantaranya meliputi :
a. Gerakan pada saat masuk alur pelabuhan.
b. Gerakan memutar
c. Gerakan sandar/gerakan tambat dan lainnya.
Gerakan-gerakan tersebut sangat dipengaruhi oleh arah angin, gerakan gelombang dan sebagainya.
Agar navigasi kapal dapat berjalan dengan baik dan tidak terhambat, pada setiap pelabuhan harus direncanakan mengenai gerakan kapal dan petunjuk navigasinya. Petunjuk navigasi tersebut antara lain ; mercu suar, nuoy dan lain sebagainya.
BAB III
PENGUMPULAN DATA
Pada tugas besar ini data yang diperoleh sebagian besar dilakukan dengan mengumpulkan data sekunder dan bukan diperoleh secara langsung dari kegiatan survey atau investigasi (primer). Data-data tersebut diantaranya adalah :
1. Peta topografi
2. Data angin
3. Data pasang surut
4. Data geoteknik
5. Data sedimentasi
3.1. Data Angin
Data angin yang digunakan dalam analisis penentuan magnitude kecepatan dan arah angin maksimum tahunan adalah data dari Pos Pengamatan Meteorologi dengan selang waktu 10 tahun dari tahun dengan periode waktu 10 tahun yang terdiri dari tahun 1996-2005 (terlampir).
Analisa data angin diperlukan untuk mendapatkan besar dan arah angin dominan yang terjadi di lokasi rencana pelabuhan cilegon ini.
3.2. DataPasang Surut
Dari hasil penelitian diperoleh data pasang surut sebagai berikut :
Highest High Water Level (HHWL) : 62.11, Jml. Kejadian : 1
Mean High Water Spring (MHWS) : 47.19, Jml. Kejadian : 493
Mean High Water Level (MHWL) : 27.44, Jml. Kejadian : 13532
Mean Sea Level (MSL) : 0.00, Jml. Kejadian : 175320
Mean Low Water Level (MLWL) : -26.46, Jml. Kejadian : 13536
Mean Low Water Spring (MLWS) : -55.08, Jml. Kejadian : 493
Lowest Low Water Level (LLWL) : -69.35, Jml. Kejadian : 1
3.3. Data gelombang rencana di perairan cilegon
Tabel gelombang rencana |
3.4. Analisa Pasang Surut
Berikut adalah data pasang surut yang didapat dari hasil penelitian yang dilakukan.salama 1 bulan
Grafik data input peramalan pasang surut dilokasi cilegon |
Grafik perbandingan data pasang surut hasil simulasi RMA2 dengan hasil ramalan |
Posting Komentar untuk "Contoh Makalah Pelabuhan"
Posting Komentar